Atap Pelana

Kelebihan dan Kekurangan Model Atap Pelana

Atap pelana adalah salah satu model yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia selain atap spandek dan batu bata. Atap yang memiliki gaya yang sangat sederhana ini memang memiliki ciri khas yaitu dua sisi miring yang disokong dengan dinding segitiga. Namun sebelum menggunakannya, sebaiknya memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh jenis atap ini.

5 Kelebihan Atap Pelana Yang Harus Diketahui

Kelebihan dan Kekurangan Model Atap Pelana
Foto oleh: Binyamin Mellish – pexels.com

1. Mudah Dipasang

Proses pemasangan atap jenis ini memang sangat cepat dan mudah karena modelnya yang juga sangat simpel. Tingkat kemiringannya pun bisa disesuaikan tergantung dengan model rumah yang diinginkan. Anda bisa memilih untuk membuatnya menjulang tinggi atau juga dibuat landai.

2. Membuat Hunian Semakin Sejuk

Atap ini bisa menyerap panas dengan optimal yang membuat bagian dalam hunian akan terasa sejuk dan adem. Apalagi jika plafon rumah dipasang pada bagian bawah atap. Ruangan yang ada di bawahnya akan semakin adem karena area plafon tersebut akan mengunci hawa panas yang masuk dari luar.

3. Biaya Pemasangan Lebih Murah

Biaya pengeluaran untuk pembayaran jasa bisa ditekan karena proses pemasangan atap ini cenderung lebih cepat dan mudah. Bukan hanya itu, atap yang memiliki konstruksi sederhana ini memerlukan bahan yang sederhana juga. Jika dibandingkan dengan konstruksi atap lain, atap ini lebih hemat jika berbicara soal pengeluaran yang harus dikeluarkan.

4. Minim Bocor

Jika dibandingkan dengan konstruksi atap jenis lainnya, model atap yang satu ini memiliki risiko untuk terkena bocor yang sangat minim. Hal tersebut terjadi karena bentuk atap pelana ini tidak dibuat dengan pertemuan arah air yang berbeda.

Ketika hujan turun dengan deras, air hujan akan langsung turun ke bawah tanpa ada hambatan. Genangan air yang biasanya menjadi penyebab kebocoran akan dapat diminimalisir.

5. Memanfaatkan Ruang Kosong di Plafon

Ruang kosong akan terbentuk karena atap ini memiliki struktur yang bisa dimanfaatkan untuk sejumlah keperluan di bagian bawah atapnya. Area tersebut bisa difungsikan sebagai kamar tidur, ruang santai, loteng dan juga bisa digunakan sebagai gudang.

3 Kekurangan Yang Harus Diperhatikan

1. Mudah Roboh

Apabila Anda memiliki hunian yang sering diterpa angin kencang, sebaiknya jangan menggunakan atap model ini. Atap bisa tertiup oleh angin kencang yang bisa menyebabkan terlepas dan mudah roboh. Hal tersebut bisa terjadi jika proses pemasangan atap tidak dilakukan dengan seimbang dan benar.

2. Mudah Retak

Bagian permukaan segitiga yang ada pada atap ini sangat mudah retak karena terus-menerus terpapar air hujan dan sinar matahari. Hal tersebut bisa diminimalisir dengan menggunakan cat eksterior rumah khusus. Penggunaan cat tersebut bisa meminimalisir sinar matahari atau terpaan air yang berlebihan.

3. Beban Air Hujan

Jika aliran air yang terjadi saat hujan lebat akan menjadi lebih deras karena bentuk atap pelana ini hanya memiliki dua sisi. Atap yang dibuat dengan sudut yang sangat landai akan meningkatkan beban pada struktur yang membuat potensi roboh menjadi lebih tinggi.

5 Model Pelana Yang Bisa Digunakan

1. Box Gable

Untuk Anda yang memiliki rumah yang memanjang ke belakang dan lebar depan yang pendek, desain yang satu ini sangat cocok untuk diaplikasikan. Atap dibuat segitiga yang dilengkapi dengan sambungan antara satu rumah dengan rumah lainnya. Desain ini cocok digunakan untuk perumahan yang berdampingan.

Desain ini adalah desain yang sering digunakan dan menjadi desain yang paling standar. Desain tambahan yang ada pada frame atap menjadi perbedaan desain ini dengan yang lain. Desain ini biasanya banyak ditemukan di hunian bergaya Eropa.

2. Cross Gable

Atap pelana ini memiliki dua bagian yang saling menyilang. Pada umumnya, penggunaan model ini biasanya banyak ditemukan pada rumah yang memanjang ke samping. Lalu pola pelana digunakan untuk bagian yang menjorok ke belakang atau ke depan. Membutuhkan desain khusus dan rencana yang detail untuk membangun rumah dengan model atap yang satu ini. Jika pemasangan tidak tepat, maka hunian sangat rentan akan terkena bocor.

3. Front Gable

Pada umumnya, desain yang satu ini biasanya ditemukan pada rumah bagian depan. Dua bagian atap rumah biasanya bermodelkan pelana. Namun, bagian depan memiliki ukuran desain kecil, sementara bagian utama memiliki ukuran lebih besar.

Desain ini merupakan gaya khas hunian zaman kolonial. Namun Front Gable masih disukai oleh sejumlah orang karena cukup unik. Desain ini juga banyak ditemukan di hunian di daerah Asia.

4. Dutch Gable

Atap ini sering disebut atap dengan pelana bertingkat. Bentuknya cukup unik karena tidak bisa diliat dari satu sisi saja. Pelana lain yang berbeda dengan pelana utama akan terbentuk di sisi samping. Desain ini sering kali ditemukan di beberapa rumah di Indonesia.

Desain ini menjadi solusi ketika sebuah rumah dilengkapi dengan jendela samping. Penggunaan pelindung berbentuk atap kecil bisa melindungi jendela dari hempasan air hujan. Di samping itu estetika bangunan juga akan terlihat. Penggunaan contoh atap pelana dengan desain dan warna yang berbeda dari atap utama akan membuatnya semakin unik.

5. Tambahan Shed

Desain ini hampir mirip dengan penggunaan Cross Gable pada tipe bangunan. Namun, atap pada pelana utama tidak dibuat menyilang. Atap yang searah dengan atap utama akan diaplikasikan di bagian hunian yang menonjol namun dibangun sedikit lebih tinggi.

Desain ini biasanya disebut dengan desain hybrid karena kedua sisi rumah akan terlihat seperti sebuah sayap. Pelana dengan tambahan shed ini diyakini menjadi solusi untuk menambah ruang tanpa harus mengeluarkan budget yang cukup dalam. Selain itu estetika struktur atap akan semakin cantik.

Baca Juga: Kelebihan dan Kekurangan Pondasi Batu Kali

Rumus Perhitungan Kuda-Kuda Baja Ringan Yang Diperlukan

Tipe atap ini adalah jenis atap yang paling sering digunakan di Indonesia. Karena atap ini mudah digunakan, memiliki struktur yang sederhana dan cocok untuk cuaca di tanah air. Untuk itu, bagi Anda yang memiliki rencana untuk membangun atap jenis ini, sangat dianjurkan untuk mengetahui cara menghitung kuda-kuda baja ringan yang diperlukan.

Ada tiga rumus perhitungan yang bisa digunakan untuk menghitung kuda-kuda baja ringan untuk atap jenis pelana ini. Yang pertama adalah menghitung ketinggian atap dengan rumus ½ x lebar bangunan x tangent kemiringan pada sudut atap.

Kemudian untuk menghitung kemiringan atap, rumusnya adalah ½ x lebar bangunan x cosines sudut kemiringannya. Dan yang terakhir adalah menghitung overstek dengan rumus panjang overstek x cosines sudut kemiringan.

Atap ini memiliki sejumlah kelebihan seperti proses pengerjaan yang mudah dan cepat karena konstruksinya simpel. Kemudian model atap ini juga hanya memerlukan sedikit bahan tanpa harus mengeluarkan banyak biaya.

Model ini juga minim terkena bocor karena aliran air hujan akan langsung turun ke bawah. Atap tidak memerlukan talang yang rentan terkena bocor karena tidak adanya pertemuan arah air.

Selain kelebihan, model atap ini juga memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya adalah aliran air hujan yang akan mengalir lebih deras dari biasanya. Pada dinding segitiga atap pelana akan sering terdampak angin dan hujan. Selain itu juga sering terpapar sinar matahari.

Demikian artikel mengenai kelebihan dan kekurangan atap pelana. Jika bingung dengan model atap untuk rumah, Anda bisa minta bantuan jasa arsitek terpercaya dari Bintoro Build dengan menghubungi Call Center 150130 atau 0813 4000 8080 sekarang juga!

Rate this post

Leave a comment

Klik Disini
Butuh bantuan?
Assalamu'alaikum,

Ada yang bisa kami bantu Pak/Bu?